Laman

Jumat, 19 Oktober 2012


Edisi 14

Sampah Demokrasi Menghianati Amanat Rakyat
     Menyedihkan melihat negeri ini yang dikenal dengan jamrud katulistiwa mengalami kerusakan parah sebagaimana kita bisa lihat. Kerusakan itu terjadi hampir di seluruh aspek kehidupan. Dari kehidupan sosial, ekenomi,budaya,bahkan di bidang politik mengalami kerusakan. Dari generasi mudah negeri ini yang hancur karena hedonime,narkoba,sex bebas sebagai buah dari apa yang dianut oleh negeri ini, hingga generasi tuanya yang juga mempertontonkan perangai yang rusak.
     Untuk kerusakan dibidang politik yang dialami oleh negeri ini sejatinya dapat dilihat dalam impelementasi kehidupan berbangsa dan bernegara kita pada hari ini. Kemerdekaan negeri ini yang sudah lebih 67 tahun dirasakan sejak 1945 hingga hari ini sejatinya adalah bukan sebuah kemerdekaan yang hakiki. Hal ini bisa dilihat pada realitas yang dipertontonkan kepada masyarakat sekalian. Lihat saja pemimpin kita dari zaman sebelum reformasi sampai pada zaman reformasi yang katanya sebagai pintu perubahan malah menjual aset-aset terbesar yang dimiliki oleh negeri ini. Bukan rahasi umum lagi PT.Freeport yang telah bercokol lama di bumi Papua sana terampoki oleh perusahaan asal Amerika tersebut. Dan tahukah kita, apa yang didapat oleh negeri ini dari hasil rampokan tersebut, adalah tidak kurang hanya 1% saja dan selebihnya adalah untuk PT. Freeport. Belum lagi di daerah-daerah lain yang menghasilkan sumberdaya alam yang melumpah ruah seperti di Pulau Sumbawa dan minahasa yang di ambil oleh perusahaan PT. Newmont dan di daerah Kalimantan Timur dan tengah serta daerah-daerah lainnya.
     Itu semua terjadi karena apa yang diterapkan oleh negeri ini yaitu Sistem Kapitalisme Sekuler. Yang menghasilkan pemimpin-pemimpin yang terikat secara politik kepada barat. Contoh setiap kali negeri ini kedatangan tamu dari Champion Kapitalisme Amerika Serikat maka ada saja yang dibawah pulang oleh dedengkot kapitalisme tersebut. Hal ini bisa dilihat ketika Obama itu datang mengunjungi negeri ini, apa yang ditnggalkannya adalah Kerjasama komprehensif yang sejatinya adalah sebuh penjajahan atas negeri ini. Begitu pula ketika datang Hillary Clinton, ada saja yang terjadi, PT. Freeport diperpanjang lagi kontrakan menjadi beberapa tahun, dan interfensi AS melalui menteri luar negerinya Hillary Clinton tersebut terhadap Papua yang mengatakan berikan hak otonomi kepada papua yang lebih luas. Ini semua bisa terjadi karena ketidak berdayaan pemimpin negeri ini terhadap Amerika Serikat. Mengapa tidak, karena negeri ini terjajah secara politik kepada Amerika Serikat, sehingga apa-apa yang dilakukan oleh tuannya maka pemimpin negeri ini akan meng Aminkannya.
     Lantas dari situ kita bisa menyimpulkan bahwa sistem yang dianut dan diterapkan oleh negeri ini adalah rusak. Sistem apakah itu, adalah tidak lain Sistem Kapitalisme-Sekular yang kerusakannya bisa kita lihat dari aspek, yang pertama dari sistemnya yang secara normative (fikriyah) berasal dari manusia, dan yang kedua secara empris (praktiknya) menunjukkan kerusakan. Hal ini berpulang kepada ide dasar dari Kapitalisme Sekuler itu yang berasaskan sekularisme yaitu pemisahan agama dengan kehidupan. Sehingga tidak mengherankan ketika pemimpin-pemimpin negeri ini tidak becus mengurusi rakyatnya. Sebab dalam benak pemimpin-pemimpin hari ini adalah bagaima menjadikan pangku kekuasaannya yang telah diperolehnya bukan sebagai amanah yang harus dijaga namun dijadikan sebagai mesin uang untuk menyejaheterakan kelompok dan keluarga-keluarga mereka. Urusan-urusan rakyat dinomor duakan dan bahkan dikesampingkan. Janji-janji yang mereka umbarkan pada saat PEMILIHAN UMUM, tidak Nampak pada saat pemerintahannya. Segalah macam dalih dikeluarkan. Inilah buah dari DEMOKRASI yang dianut oleh negeri ini yang hanya menjanjikan sebuah ilusi.
     Dalam berkehidupan, bagaimana demokrasi itu katanya menjanjikan sebuah kebebasan. Tetapi pada faktanya kebebasan yang dimaksud adalah bukan kebebasan untuk membaikkan namun untuk menghancurkan. Bisa dilihat dari kehidupan kita hari ini, atas nama kebebasan orang-orang bebas mengekspresikan apa yang dirasakannya, atas nama kebebasan tempat-tempat minuman keras, perzinahan,club malam dan tempat-tempat maksiat lainnya tetap eksis selama membayar pajak. Ini semua adalah buah demokrasi yang menghasilkan kebebasan berlebihan yang berasaskan sekularisme (pemisahan antara agama dengan kehidupan). Di sisi lain, kebebasan yang diagung-agungkan oleh demokrasi itu tidak seutuhnya Nampak. Hal ini bisa di lihat ketika muslim yang ada di barat sana mengekspresikan keyakinannya dalam berkehidupan sebagai konsekuensi daripada keimanannya dibatasi, seperti pembatasan terhadap pembangungan masjid-masjid, pelarangan pemakaian kerudung oleh wanita-wanita muslimah, pengekangan terhadap pernikahan poligami yang sebenarnya dibolehkan. Dan yang lebih tragis, atas nama kebebasan islam itu dihujat dan dihina habis-habisan, seperti yang dipertontokan baru-baru ini melalui film innocence of muslims. Jadi kebebasan yang diagungkan-agungkan oleh demokrasi itu adalah BOHONG besar. Bebas bagi mereka, namun tidak bebas bagi sebagian yang lain.
Solusi Islam
     Setelah melihat berbagai kerusakan yang dihasilkan dari sistem Kapitalisme Sekular, masih engganka kita mempertahankan sistem ini??? Tentu tidak, sudah terlalu lama kita terbohongi oleh janji-janji palsu yang diumbarkan demokrasi hari ini. Reformasi telah gagal, untuk itu kami menyerukan tuntaskan demokrasi dengan Revolusi. Yaitu kembali kepada Sistem yang berasal dari Sang Maha baik dan mencampakkan sistem yang berasal dari manusia yang amat terbatas. Sistem tersebut adalah SISTEM ISLAM. Yang sudah terbukti selama kurang lebih 13 abad lamanya, mengatur kehidupan manusia di 2/3 belahan dunia, yang tidak hanya mengantarkan umat manusia ke taraf kebaikan yang tak terbatas, namun juga bagi seluruh komponen kehidupan. Kata seorang ilmuwan barat.
     Dengan sistem islam, yang akan melahirkan Sistem Politik yang akan mengatur urusan-urusan masyarakat dengan aturan-aturan islam. Yang akan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang amanah, yang menjadikan kepemimpinannya sebagai tanggung jawab yang tidak hanya akan dipertanggungjawabkan kepada manusia tetapi juga kepada sang pemilik hidup yaitu Allah swt. Yang akan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang akan memutuskan hubungan kepada Negara-negara imperialis seperti Amerika beserta kroni-kroninya dan akan mengambil alih sumber daya alam secarah penuh dari perusahaan-perusahaan asing yang menghisap darah rakyat. Dengan sistem islam maka kebebasan yang tanpa batas itu akan dihapuskan. Diskriminasi terhadap agama-agama yang lain tidak akan terjadi, sebab dalam islam yang berkaitan dengan aqidah diberi kebebasan secara penuh untuk mengekspresikan keyakinannya selama dalam koridor yang wajar.
     Sekedar gambaran, bagaimana kepemimpinan dalam Islam. Hal ini bisa dilihat, dari perkataan sahabat Rasul yaitu Umar bin Khattab. Yang mengatakan, “Kumpulan unta tidak akan baik, jika orang yang menggembalainya itu tidak baik. Tidak mengurisi mereka dengan baik, tidak memenuhi kebutuhan mereka. Dan hal tersebut berlaku juga pada manusia, apabila pemmpin-pemimpinnya tidak baik maka rakyatnya akan rusak, pemenuhan-pemuhan kebutuhan rakyatnya tidak terurusi maka kerusakan akan terlihat”. Seperti itulah esensi dari sebuah kepemipinan dalam islam. Tentunya pemimpin yang baik akan lahir dari sebuah sistem yang baik pula, dan itu semua akan terjadi hanya dengan islam. Renungkanlah firman Allah swt berikut:
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar