Laman

Jumat, 19 Oktober 2012


edisi 13

“Innocence of Muslims”, Racikan Sampah Musuh-Musuh Allah!
     Katanya, Islam adalah agama yang paling pesat berkembang di muka bumi. Katanya, jumlah umat muslim adalah yang paling banyak di dunia. Tapi, apa yang terjadi dengan umat ini? Wahai kaum muslim, wahai mahasiswa muslim di kampus hijau Makassar! Banggakah kalian dengan jumlah kaum muslim hari ini? Namun, tahukah kalian apa yang terjadi pada umat Islam hari ini?
     Lagi dan lagi, kaum muslim dihina. Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhoi Allah kembali dilecehkan melalui film “Innocence of Muslims” (IoM). Amarah umat terbaik ini kembali dipancing dengan pelecehan tak tanggung-tanggung pada sang pembawa risalah. Pelecehan pada manusia termulia, manusia terbaik yang pernah ada, Rasulullah Muhammad saw.
     Akibat beredarnya film ini, amarah umat muslim di berbagai belahan dunia mulai memuncak. Aksi protes besar-besaran dan mengutuk terdengar dimana-mana. Di Mesir misalnya, aksi digelar di depan kedubes AS. Bendera AS diturunkan lalu disobek dan digantikan dengan bendera tauhid (bendera Islam) ‘laa ilaaha illa Allah’. Kasus serupa terjadi juga di Yaman, Tunisia. Panji-panji Allah berwarna hitam putih ini juga berkibar di berbagai penjuru dunia mulai dari Timur Tengah, Asia termasuk Indonesia dan Malaysia, Rusia, bahkan di jantung negara-negara Kapitalis Barat. Aksi protes kaum muslim ini memuncak di Libya. Demostran bahkan menembaki dan membakar gedung konsulat Amerika di sana. Korban yang terbunuh diantaranya Duta Besar J. Christopher Stevens (seorang diplomat karier dan salah satu diplomat paling berpengalaman di kawasan itu) beserta 3 orang rekannya. Walaupun hingga sekarang masih belum jelas oknum yang melakukan serangan itu (www.hizbut-tahrir.or.id).
     Upaya Demonisasi (Setanisasi) Islam
     Telah sejak lama memang kaum kafir berusaha membumihanguskan Islam dan para penganutnya. Bukan pertama kalinya upaya serupa mereka lakukan untuk menjelek-jelekkan agama Islam dan ajarannya. Tahun 2006 lalu, umat Islam memprotes karikatur kartun Denmark yang menghina Rasulullah SAW. Kemudian tahun 2010, seorang pendeta Florida, Terry Jones, secara terbuka menyerukan pembakaran Alquran pada ulang tahun kesembilan 9/11.  Tentara AS pada Februari (2012) membakar secara sengaja 315 salinan materi keagamaan termasuk Alquran di penjara Bagram, Afghanistan. Penghinaan terhadap Alquran juga dilakukan di penjara-penjara kejam Amerika Serikat di Guantanamo. Bahkan hampir dalam waktu bersamaan beredarnya film ‘Innocence of Muslims’ ini, di Perancis kembali mempublikasi kartun Muhammad tanpa busana. Seakan mereka ingin semakin memperpanas suasana yang sudah panas (www.detiknews.com).
Dalam film ‘Innocence of Muslims’ sendiri, Rasulullah Muhammad saw digambarkan sebagai sosok yang suka penipu, lelaki hidung belang yang lemah dan gemar melakukan pelecehan seksual terhadap anak (pedofil). Sam Bacile si pembuat film tersebut merupakan warga California, Amerika Serikat (AS) keturunan Yahudi Israel. Film ini melibatkan 59 aktor dan 45 kru. Dengan bantuan dari 100 donatur Yahudi, Sam berhasil mengumpulkan dana lima juta dolar AS untuk pembuatan “Innocence of Muslims”. Dalam wawancaranya dengan media, Sam menyatakan sengaja membuat film itu. Menurutnya, dengan film ini, kelemahan Islam dapat diekspos ke seluruh dunia.
     Tidak mengherankan karena jauh sebelumnya pada abad pertengahan, di Barat telah dikembangkan studi orientalisme tentang ‘demonisasi terhadap Islam’. Kajian ini dimotori oleh para cendikiawan Barat. Kebencian mereka terlihat jelas dengan julukan yang mereka berikan pada Nabi Muhammad yaitu “Mamed, Mawmet, Mahoun, Mahun, Mahomet, Mahon, Machmet” yang semua kata itu bermakna satu, yakni setan (devil).
     Hingga sekarang upaya demonisasi terus bergulir diantaranya ada beberapa ide  yang harus terus menerus diangkat untuk  menjelekkan citra Islam: perihal demokrasi dan HAM, poligami, sanksi kriminal, keadilan Islam, minoritas, pakaian wanita, dan bolehnya suami memukul istri. Selain itu, salah satu tujuan utama orientalisme adalah menghancurkan kekhilafahan Islam lewat perang pemikiran dan budaya setelah mereka gagal dalam perang fisik. Cara yang sama mereka lakukan sekarang ini untuk membendung tegaknya kembali Khilafah Islam yang akan menerapkan seluruh syariah Islam. Program terkini mereka adalah deradikalisasi yang merupakan bagian dari paket War on Terrorism. Dalam program ini yang disebut radikal adalah mereka yang menyerukan syariah, khilafah, jihad fii sabilillah, anti penjajahan Barat, dan yang menginginkan diusirnya Zionis Yahudi dari Palestina. Jadi, dari sini sudah sangat jelas bahwa sejatinya dalam pandangan mereka, yang disebut ‘teroris’ itu sudah pasti Islam.
     Standar Ganda “Wajah Liberalisme” Barat
Siapapun yang menyaksikan film ‘Innocence of Muslims’ bisa langsung mengetahui bahwa film tersebut tidak lebih dari sekedar tayangan sampah. Tak bermutu dan profesional sama sekali. Setting-nya sendiri sangat buruk sehingga bisa tergambar seperti apa kedangkalan mutu sutradaranya. Belum lagi para pemainnya rata-rata pemain amatiran. Tapi lepas dari semua itu, ada hal yang harusnya membuat kita sadar disini.
Amatlah wajar jika munculnya film ‘IoM’ ini memicu reaksi keras dari kaum muslim di berbagai belahan dunia. Itulah memang seharusnya reaksi kaum muslim ketika nabi mereka dihina. Nabi Muhammad saw sebagai manusia termulia sekaligus penyelamat manusia ini sungguh tak layak dihina oleh manusia hina semacam Sam Bacile dan kawan-kawannya. Hanya saja, terjadi reaksi berkebalikan dengan para penguasa di negeri-negeri muslim khususnya Indonesia. Yang mereka lakukan adalah tayangan ‘basi’, sekedar mengutuk seperti biasanya. Tak lebih dari itu.
     Presiden Mesir misalnya, Muhammad Mursi, seorang yang disebut sebagai seorang ‘Revolusioner Islam’, hanya menghias bibir dengan mengutuk film ini. Perdana Menterinya, Hisham Qandil, mengatakan “Tidak dapat diterima untuk menghina Nabi kami”. Namun, tiada tindakan positif atau memutuskan hubungan diplomatik, bahkan Hisham Qandil mengatakan, hubungan antara AS dan Mesir adalah “hubungan yang kita butuhkan untuk menjadi lebih kuat yang didasarkan pada kepentingan bersama dan menghormati kedaulatan”. Di Indonesia, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Jazuli Juwaini turut berkata "Amerika harus mendidik dan menertibkan warganya agar bisa menghormati keyakinan, perbedaan dan demokrasi, dan mengamalkannya". Dia pun mendukung upaya pro aktif pemerintah terhadap Amerika dan negara lainnya maupun melalui PBB agar menghentikan tindakan-tindakan penghinaan terhadap pemeluk agama tertentu. Amerika dapat belajar dari Indonesia yang menerapkan demokrasi Pancasila.
     Padahal, siapa pun yang matanya melek hari ini pasti bisa melihat topeng buruk rupa di balik demokrasi. Lembaga-lembaga international semisal PBB dan yang lainnya notabene terikat dengan kebijakan Barat sendiri. Bisa kita lihat akhirnya lembaga ini hanya sekedar label untuk menipu kaum muslim bahwa mereka (Barat) peduli dengan urusan kaum muslim. Belum lagi, demokrasi semakin hari wajah aslinya kian terlihat bahwa ia tak lebih hanya sekedar wacana tanpa aplikasi. Buktinya, kebebasan (liberalisme) yang digaungkan akan tajam jika yang tersakiti adalah kaum minoritas (non muslim) atau kafir Barat. Namun, tiba-tiba kebebasan itu akan ompong jika yang disakiti adalah kaum muslim. Tak ada lagi HAM, kebebasan berbicara jika yang jadi korban adalah umat Islam. Bahkan, lebih dari itu jika umat Islam berusaha membela dirinya dan mengamalkan ajaran Islam yang mulia, justru mereka mendapat gelar baru yaitu “teroris”.
     Khilafah Islam, Satu-satunya Penjaga Kaum Muslim
Saudaraku sesama muslim, telah sangat nyata kebencian musuh-musuh Islam kepada kita ‘Umat Islam’. Mereka tak akan pernah berhenti berusaha untuk menghancurkan kemuliaan Islam hingga ke akar-akarnya. Karena itu, umat Islam harusnya waspada betul akan hal ini. mereka tidak boleh lengah apalagi ‘pasrah’ dengan keadaan ini. Karena umat Islam adalah ‘Khairu Ummah’, umat terbaik pilihan Allah.
     Keberanian kaum kafir Barat semakin menanjak dengan menghina terang-terangan Nabi Muhammad saw yang mulia. Dan satu-satunya jalan yang bisa kita tempuh untuk menjaga kehormatan Allah, Rasulullah Muhammad saw, dan juga kaum muslim sendiri adalah kembali pada “Syariah Islam”. Dalam Islam menghina Nabi saw adalah tindakan kekafiran. Bahkan pelaku tindakan ini wajib dibunuh, meskipun dia bertaubat, dan bahkan meskipun yang menghina itu orang kafir. Namun, ini tak akan mampu terlaksana tanpa adanya Daulah “Khilafah Islamiyah” sebagai Negara yang akan memberikan sanksi dan melindungi umat yang bernaung di bawahnya. Maka, sudah seharusnya kita mengambil pelajaran dari apa yang terjadi hari ini. Allah SWT berfirman:
}إِنَّ فِي هَذَا لَبَلَاغًا لِقَوْمٍ عَابِدِينَ{
“Sesungguhnya (apa yang disebutkan) dalam (surat) ini, benar-benar menjadi peringatan bagi kaum yang menyembah Allah” (TQS al-Anbiya’ [21]: 106). Wallahu a’lam. (3SB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar