Laman

Senin, 15 Oktober 2012

Dipindahkan Paksa, Ustadz Ba'asyir tak Diberi Makan & Dilarang Shalat


Tim JAT Media Center (JMC) yang dipimpin ustadz Son Hadi beserta keluarga ustadz Abu Bakar Ba’asyir diantaranya; ibu Aisyah Baraja, ustadz Rosyid Ridho Ba’asyir dan ustadz Abdul Rohim Ba’asyir, membesuk ustadz Abu Bakar Ba’asyir di LP Batu Nusakambangan, Senin (8/9/2012).


Kunjungan pertama semenjak ustadz Abu Bakar Ba’asyir dipindah paksa dari Mabes Polri itu mengungkap sejumlah fakta kezaliman Densus 88 atas ulama sepuh tersebut.


Saat ditemui, ustadz Ba’asyir menceritakan kronologis dirinya dipindah mendadak secara paksa oleh aparat.


Ia menuturkan, pada Jum’at (5/10/2012) malam saat dirinya sedang tidur lalu dibangunkan petugas. “Saya dibangunkan, katanya ada jaksa, terus saya bangun nemui jaksa, jadi diberitahu jam 9 malam, jam 10.45 WIB malam berangkat,” kata amir Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) itu di hadapan rombong pembesuk.

Saat itu ustadz Abu Bakar Ba’asyir marah lantaran kepindahannya itu begitu mendadak tanpa pemberitahuan sebelumnya, sehingga ia tak mempersiapkan diri dan tak sempat mengemasi barang-barangnya. “memindahkan orang kok seenaknya,” ujarnya kesal.


Berangkat dari Rutan Bareskrim Mabes Polri, ustadz Ba’asyir lalu dibawa ke Mako Brimob, Kelapa Dua Depok.


“Terus dibawa ke Mako Brimob Kelapa Dua Depok. Mau naik pesawat tapi katanya pesawatnya rusak. Akhirnya naik mobil saja, dari Mako Brimob Depok jam 12.00 WIB malam, sampai sini (Cilacap, red.) jam 09.00 WIB pagi lalu masuk ke LP Batu Nusakambangan jam 13.00 WIB siang,” jelasnya.


Betapa kejamnya Densus 88, ustadz Ba’asyir yang sudah lanjut usia itu benar-benar dipindahkan melalui jalan darat dengan menempuh waktu lebih dari 18 jam tanpa diberi makan, kecuali sepotong roti. “Makan tidak ada, hanya dikasih roti saja sama minuman,” ucapnya.

Bahkan, lebih zalim lagi, dalam perjalanan nonstop tanpa istirahat itu, ustadz Abu Bakar Ba’asyir dilarang shalat oleh Densus 88.


“Tidak ada istirahat, paling hanya buang air kecil saja. Malah shalat shubuh saja tidak diizinkan, terus saya marah-marah di mobil. Jadi mobil itu tidak berhenti, saya sudah bilang; “ini sudah shubuh, mampir dulu ke masjid!” dia bilang; tidak pak. Lalu saya marah-marah; kurang ajar! Ini negara kafir, kalian juga kafir! Ini shalat, lebih dari nyawa! Lalu diam saja polisinya. Saya akhirnya shalat di dalam mobil, habis bagaimana lagi?” ungkapnya.


kemarahan ustadz Abu Bakar Ba’asyir memuncak diperlakukan dengan zalim, tak manusiawi dan melanggar kebebasan beribadah, ia pun bermaksud menemui komandan Densus 88 yang mengantarnya. “Mana komandanmu? saya mau ketemu!” tanyanya dengan nada marah.


Namun Densus 88 mengabaikannya dan ustadz Abu Bakar Ba’asyir langsung diantar memasuki sel di LP Batu Nusakambangan.
[voa-islam/www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar