Laman

Rabu, 09 Februari 2011

TOLOK UKUR KEBENARAN ISLAM SEBAGAI PEMBENDUNG IDE-IDE BARAT


Al-Quran al-Karim adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Rasulullah, Muhammad saw. Melalui wahyu yang dibawa oleh Jibril, baik isi maupun redaksional bahasanya (lafazh[an] wa ma’na [n]) yang sampai kepada kita secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah, sekaligus menjadi mukjizat bagi kenabian Rasulullah saw. Allah Swt berfirman, yang artimya :

“Tidak datang kepadanya kebathilan dari sebelum dan sesudahnya, diturunkan dari Dzat yang Maha Bijak dan Terpuji.” (QS. Fushshilat : 42).

Fungsi utama Al-Quran merupakan hudâ[n] li al-nâs, petunjuk bagi seluruh manusia dan al-furqân, pembeda antara yang haq dan batil (lihat QS.al-Baqarah : 185). Perkara yang dijelaskan juga meliputi seluruh aspek kehidupan (lihat QS.an-Nahl : 89).

Selain menjadi petunjuk, Al-Quran juga menjadi syifâ’m (obat penawar) dan rahmah bagi kaum muslim (lihat QS.al-Isra’ : 82). Allah Swt berfirman, yang artinya :
“Sesungguhnya Al-Quran ini member petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS.al-Isra’ : 9).

Oleh karena berfungsi sebagai petunjuk, maka manusia yang mengimani dan mengikuti Al-Quran, hidupnya akan lurus dan berada dalam ridha-Nya. Sebaliknya, siapapun yang megingkari, menolak, dan meninggalkannya akan tersesat dan sengsara. Untuk bisa mengikuti Al-Quran, maka memahami maksud dan kandungan isinya mutlak diperlukan. Adalah mustahil bagi seseorang bisa mengikuti dan mengamalkan Al-Quran, tanpa mengetahui dan memahami kandungan isinya. Dalam Al-Quran sendiri selain diperintahkan untuk melakukan tadabbur terhadap kandungan isinya.

Allah Swt berfirman yang artinya :
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran? Kalau kiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah , tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak didalamnya” (QS.An-Nisaa’ : 82).

Pemahaman terhadap Al-Quran itu harus benar. Jika pemahamannya salah, keyakinan dan amal yang dilahirkan pun juga pasti salah. Dititik inilah penjelasan dan penafsiran mengenai maksud dan kandungan Al-Quran yang disampaikan oleh mufassirin menemukan urgensitasnya. Dengan kemampuan dan poenguasaa ilmu yang dimiliki, mereka berhasil mengungkap amat banyak makna dan kandungan Al-Quran secara tepat.

Kita patut bersyukur kepada Allah Swt karena telah banyak kitab tafsir bermutu tinggi yang dihasilkan oleh para ulama. Dan dengan kenajuan teknologi, berbagai kitab tafsir fan kitab-kitab tsaqafah islam lainnya dapat diakses dengan mudah oleh siapa pun. Keadaan itu seharusnya meningkatkan taraf pemahaman umat terhadap Al-Quran. Namun demikian, kemajuan teknologi itu belum banyak mengubah keadaan umat. Berbagai khazanah islam itu termanfaatkan dengan baik pemahaman terhadap Al-Quran tetap mini. Tentu saja, itu akan berimplikasi pada lemahnya keyakinan terhadap aqidah dan keterikatan dengan hukum syariah.

Pemahaman yang minim juga menyebabkan lemahnya daya tahan umuat dalam menghadapi gempuran ide yang digelontarkan oleh barat sacara masif. Akibatnya beberapa ide batil, menyimpang dan bertentangan dengan islam berhasil lolos ke dalam benak dan pemikiran umat. Ironisnya tidak sedikit ide-ide batil itu dipasarkan –melalui agen dan kaki tangannya- dengan mengutip sejumlah ayat atau hadits untuk menjustifikasinya.

Contoh paling jelas adalah ide pluralisme agama. Inti dari ide ini adalah menyejajarkan kedudukan semua agama. Bahkan semua agama dianggap benar dan pemeluknya memiliki hak yang sama untuk masuk surga. Semua agama dianggap jalan yang sah, meskipun berbeda-beda menuju Tuhan yang sama. Islam -agama yang diturunkan Allah Swt- yang haq disetarakan dengan agama buatan manusia yang kufur. Ide itu jelas batil dan bertentangan dengan islam. Akan tetapi, kaum liberal dengan lancing mencomot QS.al-Baqarah : 62 dan al-Maidah : 48 dan 69 untuk melegitimasi ide pluralisme yang batil itu. Ayat ini sering diklaim telah memberikan harapan kepada semua pemeluk agama untuk masuk surga.

Demikian juga dengan ide kebebasan beragama (huriiyah al-‘aqidah) menurut ide ini setiap manusia bebas memilih agama apa saja yang disukai. Termasuk jika tidak memilih agama apa pun. Masuk atau keluar dari suatu agama juga dianggap sebagai pilihan yang harus dihormati. Tidak boleh diberi sanksi. Lagi-lagi, ayat al-Quran dijadikan sebagai dalih pembenarnya, seperti QS.al-Baqarah : 256 dan Ali Imran : 86-90.

Ide lainnya adalah moderatisme. Sebuah paham yang selalu mencari jalan tengah (al-hall al-wasth) dalam menyelesaikan semua persengketaan. Menurut paham ini semua pihak yang bersengketa, baik disebabkan perbedaan kepentingan, pemikiran, atau ideology harus berkompromi dengan mencari jalan tengah diantara keduanya. Keinginan untuk saling menang diganti dengan konsep take and give. Sikap yang sama juga digunakan dalam menghadapi keinginan yang bertentangan dengan syariah, memuntut dan menolak peranan syariah. Paham ini juga jelas batil, namun oleh kaum liberal, paham tersebut disamakan dengan posisi umat islam sebagai ummat[an] wasatha[n] dalam QS.al-Baqarah : 143.

Disamping itu masih banyak ide-ide lain yang bertentangan dengan islam, seperti sekularisme, demokrasi, HAM, inklusivisme, dll, yang dipasarkan dengan mencomot ayat dan hadits untuk melegitimasinya.

Realitas memprihatinkan ini mengharuskan kita untuk menjelaskan kepada umat tentang kebatilan dan kesesatan ide-ide barat itu. Juga, harus diungkap keculasan mereka dalam menyelewengkan ayat-ayat Quran agar sejalan dengan ide-ide sesat itu. Mereka tridak hanya mengabaikan kaidah-kaidah yang benar dalam menafsirkan al-Quran, namun motifasi yang melatari mereka juga sudah keliru. Berusaha menyejajarkan islam dengan ide-ide barat. Dan tentu saja umat harus ditunjukkan makan dan penafsiran yang benar mengenai ayat-ayat tersebut.

Sesungguhnya, munculnya ide-ide bathil seperti sekularisme, demokrasi, HAM, inklusivisme, dll, di dunia islam merupakan bagian dari serangan pemikiran barat (ghazw al-fikr) yang ditunjukkan untuk mengahncurkan sendi-sendi dasar islam. Al-Quran telah menyatakan dengan sangat jelas permusuhan orang-orang Yahudi dan Nashrani terhadap islam dan kaum muslim. Allah Swt berfitman, yang artinya :
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah : sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan dating kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (al-Baqarah : 120)

Prinsip dasar yang mesti dipegang oleh setiap kaum muslim ketika berinteraksi dengan ide-ide asing yang lahir dari paham diluar islam adalah tidak menerimanya secara mentah-mentah, akan tetapi selalu diiringi dengan kewaspadaan dan ketidakpercayaan. Sebab, mereka, pada dasarnya adalah musuh islam dan musuh kaum muslim. Selain itu, islam adalah agama yang sempurna yang tidak membutuhkan paham-paham selain islam. Kesempurnaan dan kemenyeluruhan islam mengharuskan kaum muslim untuk hanya menjadikan islam sebagai satu-satunya tolok ukur dan jalan hidupnya (way of life).

Allah Swt berfirman, yang artinya :
“Barang siapa mencari agama selain agama islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali-Imbran : 85).
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’matKu, dan telah Ku-ridhai islam itu jadi agama bagimu.” (QS.Al-Maidah : 3).

Di tempat yang lain, Allah Swt juga mengingatkan agar kaum muslim tetap di dalam islam dan tidak terpengaruh oleh agama dan gagasan selain islam. Bahkan, kaum muslim terus diminta untuk mengajak orang kafir agar masuk kedalam islam. Sebab, islam adalah agama yang paling benar. Al-Quran telah menyatakan hal ini dengan sangat jelas :

“Tiap umat mempunyai cara peribadatan sendiri, janganlah kiranya mereka membantahmu dalam hal ini. Ajaklah mereka ke jalan Rabbmu. Engkau berada di atas jalan yang benar. Kalau mereka membantahmu juga, katakanlah, Allah tahu apa uyang kalian kerjakan. Rabb akan memutuskan apa yang kami perselisihkan di hari akhir. Apa mereka tidak tahu bahwa Allah mengetahuoi apa yang ada di langit dan bumi. Semua itu ada di dalam pengetahuanNya. Semua itu mudah bagi Allah. Mereka menyembah selain Allah tanpa keterangan yang diturunkan Allah, tanpa dasar ilmu. Mereka adalah orang-orang dzalim yang tidak mempunyai pembela.” (QS.al-Hajj : 67-71).

Ayat ini menyatakan dengan sangat gamblang , bahwa adanya keragaman (pluralitas) agama, pemikiran dan keyakinan tidak boleh memalingkan kaum muslim dari islam. Bahkan mereka diperintahkan untuk tetap menyampaikan islam kepada penganut agama lain, dan berkeyakinan bahwa islam adalah agama yang paling unggul dan benar diatas agama-agama yang lain.
Sumber :

Al-Nawiy Ramadlan dan Fathy Syamsuddin., Islam Menjawab. Budira Press. Jakarta : 2010.
Labib, Rokhmat S., Tafsir al-waie. Wadi Press. Jakarta : 2010.

1 komentar:

  1. Ketika Rasulullah Saw. menantang berbagai keyakinan bathil dan pemikiran rusak kaum musyrikin Mekkah dengan Islam, Beliau dan para Sahabat ra. menghadapi kesukaran dari tangan-tangan kuffar. Tapi Beliau menjalani berbagai kesulitan itu dengan keteguhan dan meneruskan pekerjaannya.

    BalasHapus