Laman

Tampilkan postingan dengan label dunia islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label dunia islam. Tampilkan semua postingan

Rabu, 06 Februari 2013

Perhatian Sultan Muhammad al Fatih terhadap Kesehatan

Perhatian Sultan Muhammad al Fatih terhadap Kesehatan




Kesehatan termasuk kebutuhan pokok warga negara. Sama hal nya dengan kebutuhan pokok lainnya seperti sandang, pangan dan papan. Untuk itulah para khalifah di masa Utsmaniyah khususnya Sultan Muhammad al Fatih sangat memperhatikan aspek kesehatan ini.
Salah satu perhatian dia di bidang ini adalah dikeluarkankannya sejumlah kebijakan terkait rumah sakit. Dia mewakafkan sebagian besar hartanya untuk membangun fasilitas-fasilitas dan sarana-sarana publik seperti sekolah dan rumah sakit. Ada beberapa rumah sakit terkenal saat itu di antaranya Darusy Syifa, Darul ‘Afiyah dan Darush shihah.
Untuk memberikan pelayanan yang prima kepada warga Khilafah, Muhammad al Fatih menetapkan beberapa kebijakan untuk rumah sakit. Rumah sakit tidak boleh memungut bayaran sedikit pun dari pasien alias gratis. Hal ini berlaku bagi siapa saja tanpa melihat latar belakang bangsa, etnis, strata sosial dan agama.
Dalam proses rekrutmen pegawai rumah sakit khususnya bagian juru masak, disyaratkan memahami segala bentuk makanan yang cocok dengan si pasien dari sisi kandungan protein, vitamin dan gizinya. Para dokter wajib menyambangi pasien dua kali dalam sehari dan melarang dokter untuk memberikan obat tertentu kepada pasien kecuali setelah melakukan diagnose yang detail.
Di setiap rumah sakit ada dua orang dokter umum dan ditambah dengan dokter-dokter spesialis di bidangnya seperti ahli penyakit dalam, ahli bedah, ahli farmasi, sejumlah perawat dan pengawas keamanan. Sultan mensyaratkan pada semua yang bertugas di rumah sakit untuk memilki sifat qana’ah, rasa asih dan kemanusiaan. (ad Daulah al Utsmaniyah, awamilu an nuhudh wa asbaabu as sukuuth, Muhammad As Shalabi).
Sultan al Fatih, berkeinginan kuat membangun rumah sakit dan klinik pengobatan begitu juga akademi kesehatan bukan saja di kota-kota besar tapi di setiap kota hingga desa-desa terpencil. Kesadaran Sang Sultan akan pentingnya kesehatan ini memberikan kontribusi kuat terhadap kemajuan pembangunan di masa pemerintahannya. Terbukti dia memiliki kekuatan militer dengan perlengkapan yang canggih serta pasukan tangguh hingga dapat menaklukkan Konstantinopel.
Selain membangun rumah sakit dan berbagai macam akademi, Al Fatih juga membangun komplek pertokoan, WC umum, pasar-pasar besar dan taman-taman terbuka. Hal itu juga dimaksudkan untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan higienis. Dia mengalirkan air ke dalam kota dengan jembatan-jembatan khusus.
Begitu pula, dia mendorong para menteri, para pejabat, orang-orang kaya dan orang-orang terpandang untuk membangun perumahan-perumahan buat warga dengan tetap mempertahankan kemegahan, kenyamanan dan keamanan kota dari kerusakan lingkungan.
Demikianlah Sultan Muhammad Al Fatih (831-887 H/1481-1481 M), Khalifah Utsmaniyah ke-7 membuat kebijakan bagi kesehatan warganya, bukan kebijakan tambal sulam atau pilih-pilih tapi kebijakan yang adil dan terintegrasi, yang dilandasi keimanan akan besarnya tanggung jawab kepemimpin di hadapan Allah SWT, keluasan ilmu, ketaatan pada syariah-Nya serta sikap teguh hati, berani, cerdas, dan dengan kemauan yang kuat dan gigih, tidak tertipu dengan besarnya kekuasaan dan jumlah tentara, serta hati yang ikhlas sebagai pelayan rakyatnya. Roni Abu Azka(HTI)

Baca juga :

Wahai Cucu-cucu Sultan Muhammad al-Fatih!
Jaminan Kesehatan di Masa Khilafah ‘Abbasiyah
PBB: Blokade Gaza Bahayakan Kesehatan 1,4 Juta Orang
Kebijakan Sultan Abdul Hamid Terhadap Para Penghina Rasulullah SAW
Tak Punya Rp5 juta, Anastasya Akhirnya Meninggal

Readmore.....

Tambang Emas di Gurun Pasir, Kisah Tentang Negeri Islam Mali

Tambang Emas di Gurun Pasir, Kisah Tentang Negeri Islam Mali




Hari ini, Mali dikenal sebagai salah satu negara termiskin di dunia. Harapan hidup dan tingkat melek huruf di negara itu sangat rendah. Namun, kehidupan di Mali tidaklah selalu negatif dan menyedihkan. Mali pernah menjadi contoh sebuah negeri Muslim yang sukses, yang membuat iri orang-orang di seluruh dunia. Negara itu benar-benar merupakan tambang emas di padang gurun.

Geografi


Wilayah yang dikenal sebagai Mali terletak di kaki Selatan Gurun Sahara. Di sana terdapat daerah transisi antara padang pasir yang kering dan tandus di utara dan hutan hujan di sepanjang pesisir selatan. Wilayah itu dikenal sebagai Sahel.

Walaupun Mali tidak memiliki tanah subur, negaa itu memiliki sumber daya alam yang berharga yang lebih dari cukup. Tambang emas dan garam menjadi pusat perekonomian Mali selama ratusan tahun. Rute perdagangan membentang dari Mali hingga bagian utara pantai Afrika Utara, dimana para pedagang kaya mau membayar harga tinggi untuk emas dan garam untuk dikirim ke Eropa dan Asia Barat Daya. Rute perdagangan ini menjadikan Mandinka (kelompok etnis utama Afrika Barat) menjadi sangat kaya.

Islam dan Sejarah Awal Mali


Barang-barang dagang bukanlah satu-satunya barang yang diperdagangkan melalui rute ini. Para pedagang muslim membawa emas dan garam. Dari tahun 700 M hingga seterusnya, perlahan-lahan Islam mulai berakar pada masyarakat Sahel di Afrika Barat. Pada awalnya, tanggapan negara-negara non-Muslim Afrika Barat adalah dengan menekan Islam atau setidaknya memisahkan kaum Muslim dari penduduk pada umumnya. Namun, ketika semakin banyak orang yang menerima Islam, negara-negara Muslim mulai muncul.

Satu negara Muslim, Mali, didirikan oleh seorang tokoh yang kurang diketahui latar belakangnya yang bernama Sundiata Keita. Legenda epik tentang kisahnya telah tersebar selama berabad-abad sebagai sebuah cerita lisan, sehingga kebenaran akan cerita itu telah menyimpang dari waktu ke waktu (dalam satu cerita dikisahkan bagaimana dia dengan satu tangan mencabut sebuah pohon yang telah tumbuh besar, dan kemudian menanamnya kembali di halaman rumah ibunya). Apa yang kita tahu adalah bahwa dia mendirikan Kekaisaran Mali dan berperan bagi penduduk Muslim yang muncul di Afrika Barat pada tahun 1230an. Dia bergerlar “Mansa”, kata lain untuk Mandinka yang berarti Raja.

Mansa Musa dan Kisah Naik Hajinya




Mansa kesepuluh Mali adalah Musa I, yang berkuasa dari tahun 1312 hingga 1377. Ia mulai berkuasa ketika saudaranya, Mansa Abu Bakr, memimpin sebuah ekspedisi menyeberangi samudera Atlantik untuk menemukan benua Amerika, dengan meninggalkan singgasana Musa. Apa yang kita tahu tentang pemerintahan Musa berasal dari kisah epik Hajinya pada tahun 1324.

Sebagai seorang Muslim yang saleh, Mansa Musa bersikeras menyelesaikan rukun kelima dalam Islam, pergi Haji ke Mekah. Keterpencilan geografis Mali membuat perjalanan haji menjadi sangat sulit dan mustahil bagi kebanyakan orang, bahkan di zaman transportasi sekarang ini. Namun demikian, tahun 1324 Musa berangkat dari Mali bersama rombongan 60.000 orang.

Karena kerajaanya adalah salah satu kerajaan terkaya di dunia, para kafilah pasti terkesan dengan setiap orang yang mereka jumpai dalam perjalanan rombongan itu. Sebanyak 12.000 hamba sahaya menemani Musa, yang masing-masing mengenakan sutra berharga dan membawa emas batangan seberat 4 pound (5,8 kg). 80 unta masing-masing membawa serbuk emas seberat 50 hingga 300 pound (22-136 kg), yang diberikan kepada orang-orang miskin di sepanjang rute perjalanan. Hewan-hewan eksotis dan orang-orang dari semua lapisan masyarakat yang ikut serta menjadikan perjalanan ini menjadi suatu epik yang meninggalkan kesan mendalam bagi orang-orang yang melihatnya. Berbagai cerita perjalanan dari berbagai wilayah membuktikan kemegahan perjalanan ini.

Mansa Musa singgah di Mesir dalam perjalanannya ke Makkah. Pada saat di sana, pada awalnya dia menolak untuk menemui Sultan Mamluk di Mesir karena adanya tradisi untuk membungkuk di hadapan sultan. Musa bersikeras bahwa dia hanya membungkuk kepada Allah. Sikapnya itu mengesankan pemerintah Mamluk, karena para pejabat tahu bahwa dia mengerti Quran dan sangat memperhatikan waktu shalat. Musa jelas merupakan seorang Muslim yang taat.

Sementara di Mesir, sangat besarnya jumlah kekayaan Musa menyebabkan beberapa konsekuensi yang tidak diinginkan. Dia memberikan hadiah emas kepada para anggota pemerintahan, orang-orang miskin, para cendekiawan, dan banyak orang lain. Karena hukum penawaran dan permintaan, harga emas di Mesir pun jatuh, sehingga secara efektif melumpuhkan ekonomi negeri itu. Bahkan satu dekade kemudian, selama Ibnu Batutah berkunjung ke Kairo, ia mencatat bahwa perekonomian masih belum sepenuhnya pulih akibat kunjungan Mansa Musa. Akibat kunjungan Mansa Musa di Mesir dengan jelas menunjukkan betapa kaya dan pentingnya Kekaisaran Mali, bahkan saat kaisarnya mengunjungi negeri yang jauh.

Kembali ke Mali


Dalam perjalanan kembali ke tanah airnya setelah Haji, Mansa Musa ingin membawa pulang kaum Muslim yang paling cerdas dan paling berbakat untuk kerajaanya. Dengan kekayaannya yang besar, dia membayar banyak cendekiawan, seniman, guru, arsitek dan orang-orang dari semua profesi untuk datang ke Mali dan berkontribusi pada pertumbuhan Islam di sana. Orang-orang hebat dibawa ke Mali dari Mesir, Suriah, Irak, al-Andalus, dan Hejaz.

Kehadiran mereka menimbulkan akibat yang besar di Mali. Dalam hal arsitektur, bangunan-bangunan di Mali mulai menunjukkan campuran desain Spanyol, Arab, dan Persia. Perpaduan unik budaya ini menciptakan gaya Afrika Barat yang khas yang yang masih terlihat dalam hal arsitektur. Kota legendaris Timbuktu menjadi berkah oleh hajinya Mansa Munsa, dengan banyak masjid seperti Masjid Sankore yang dibangun oleh arsitek terbaik di dunia. Mansa Musa bahkan membayar arsitek Andalusia Ibnu Ishaq dengan 200 kilogram emas untuk membangun Masjid Sankore di Timbuktu. Karena bisa membayar para arsitek, sarjana, dan guru yang terbaik membuat Mali, dan Timbuktu secara umum menjadi pusat ilmu pengetahuan Islam.

Pusat pengetahuan




Dampak paling signifikan dari pergi hajinya Musa pada Mali adalah pertumbuhan negara itu sebagai pusat pengetahuan. Dengan para cendekiawan terbaik dari seluruh dunia Muslim, Mali mengembangkan salah satu tradisi pendidikan terkaya di dunia pada waktu itu. Perpustakaan-perputakaan dibangun di seluruh kota-kota seperti Gao dan Timbuktu. Koleksi umum dan pribadinya mencapai ribuan buku dengan topik beraneka ragam mulai dari fiqh Islam, astronomi, bahasa, hingga sejarah. Universitas-universitas besar menarik para mahasiswa berbakat dari seluruh Afrika untuk datang belajar di pusat ilmu pengetahuan itu.

Tradisi ilmu pengetahuan ini berlangsung hingga hari ini di Mali. Keluarga-keluarga di sana masih memiliki koleksi perpustakaan pribadi dengan jumlah ratusan buku, dan banyak dari buku-buku itu yang berusia ratusan tahun. Orang-orang Mali sangat melindungi khazanah pengetahuan yang telah diturunkan sejak masa Mansa Musa, sehingga sangat sulit bagi orang luar untuk mengakses perpustakaan-perpustakaan besar ini.

Manuskrip-manuskrip ini terancam pada hari ini oleh perubahan iklim di Sahel, dimana lingkungan merubah buku-buku besar itu menjadi debu. Permasalahan politik di Afrika Barat juga mengancam hancurnya naskah-naskah yang tersisa. Usaha-usaha sedang dijalankan untuk melestarikan perpustakaan besar ini dengan mendigitalkan buku-buku itu. Yayasan Pendidikan Timbuktu memimpin upaya untuk memindai setiap halaman buku sebelum hilang tertelan sejarah. Anda dapat menemukan (dan membaca) banyak naskah-naskah itu secara online.

Ketika Mali menjadi pusat pengetahuan di Afrika Barat, Islam tertanam sangat dalam dalam kehidupan orang-orang Mali. Adalah hal yang umum bagi “orang kebanyakan” untuk terdidik dalam agama dan dan masalah-masalah sekular. Efek pengetahuan ini pada masyarakat terlihat dalam perjalanan Ibnu Batutah ke Mali pada tahun 1350an, ketika dia mengatakan bahwa jika seorang pria ingin memiliki tempat di masjid pada salat Jumat, dia harus mengirim putranya berjam-jam lebih awal untuk memesan tempat bagi ayahnya, karena masjid-masjid akan terisi penuh dari pagi hari.

Kesimpulan

Pentingnya Mali dan kontribusinya kepada dunia bukanlah hal yang dilebih-lebihjanlebihkan. Dalam sejarahnya, negeri itu adalah salah satu pusat pengetahuan dan kekayaan Islam. Arti pentingnya negaea oitu bagi dunia berkurang selama abad 16 hingga abad 18 sampai dijajah oleh Perancis di tahun 1800-an. Namun, sejarahnya tidak hilang selamanya. Ia tetap tinggal di dalam benak kaum Muslim Afrika Barat, dan menjadi warisan yang ditinggalkan bagi seluruh dunia.(sumber : http://lostislamichistory.com/a-gold-mine-in-the-desert-the-story-of-mali/)

Sumber:


Hamdun, Said, and Noel King. Ibn Battuta in Black Africa. 2nd ed. Bellew Publishing Co Ltd, 1975. Print.

Hill, M. (Jan, 209). The Spread of Islam in West Africa. Retrieved from http://spice.stanford.edu/docs/the_spread_of_islam_in_west_africa_containment_mixing_and_reform_from_the_eighth_to_the_twentieth_century/

Morgan, M. (2007). Lost History. Washington D.C. : National Geographic Society.

Quick, A. H. (2007). Deeper Roots. (3rd ed.). Cape Town: DPB Printers and Booksellers

Readmore.....

Minggu, 18 November 2012

Tank dan Kapal Perang Israel Sudah di Perbatasan Berjarak 1 KM dari Gaza


      Hingga siang ini, kapal-kapal perang Zionis-Israel dan tank-tank sudah berada di perbatasan dengan jarak sekitar 1 kilometer, demikian laporan langsung kontributor hidayatullah.com , Abdilla Onim dari Jalur Gaza.
      Sebelumnya, gedung perkantoran yang juga dikenal sebagai markasnya para wartawan Palestina di Jalur Gaza menjadi sasaran bombardir Israel.       Israel menggunakan pesawat F16 menghampiri gedung yang selama ini dijadikan sebagai kantor dan markas sebagian besar wartawan dan stasiun televise dari seluruh dunia.
      “Stasiun televisi al-Quds dan stasiun TV Buraq hancur akibat pesawat jet F16 milik Israel yang melontarkan 3 roket ke gedung tersebut,” ujar Abdillah.
      Akibat dari pengeboman tersebut 9 wartawan luka-luka dan 3 di antaranya luka serius serta dievakuasi ke rumah sakit As Syifa Gaza City.
Di saat bersamaan tentara Israel juga melontarkan 1 roket ke rumah penduduk di Telil Hawa sehingga menewaskan 1 anak berusia 4 tahun.
      Seperti orang kalap, Israel menyerang siapa saja, bukan hanya pejuaang. Selain wartawan, pesawat drone (pesawat tanpa awak) juga ikut melukai para pengendara motor di Gaza.
      Akibat dari pengeboman tersebut seorang pria berusia 32 tahun itu menderita luka parah dan kehilangan sebagian anggota tubuh alias kaki kirinya hancur. Korban langsung di evakuasi ke rumah sakit Syifa yang hanya berjarak 500 meter dari rumahnya.*/Laporan Abdillah Onim, Gaza

sumber: http://www.globalmuslim.web.id/2012/11/tank-dan-kapal-perang-israel-sudah-di.html






Readmore.....

Sabtu, 27 Oktober 2012

Pembantaian Muslim Rohingya di Burma:122 Tewas Dalam Seminggu


     Mediaumat.com- Sedikitnya telah menewaskan 122 orang dalam bentrokan yang terjadi pekan ini antara kaum Budha dan Muslim Rohingya di wilayah barat Burma.

     Juru bicara pemerintah negara bagian Rakhine, Wen Mayang mengtakan—seperti dikutip kantor berita AFP—bahwa “Hingga pagi ini telah menewaskan 51 pria dan 61 wanita.” Ia menambahkan bahwa “Lebih dari 70 orang juga terluka, dan membakar sekitar 2.000 rumah.”

     Negara bagian Rakhine, yang berada di wilayah barat Burma menjadi saksi atas berbagai aksi kekerasan dengan sasaran minoritas Muslim. Dan sejauh ini, ratusan nyawa melayang. Bahkan beberapa organisasi internasional telah mengakui terjadinya aksi kekerasan itu, namun pemerintah Burma mengabaikannya.

     Dalam sepekan ini, bentrokan pecah di beberapa wilayah negara bagian Rakhine, termasuk di desa-desa yang sulit dijangkaunya.

     Akibat aksi kekerasan ini, lebih dari 75 ribu orang mengungsi dari Rohingya. Sehingga ada pergerakan ribuan pengungsi menuju kamp-kamp pengungsi di sekitar kota Sittwe, ibukota negara bagian Rakhine yang sebelumnya sudah penuh sesak, dan di mana pengungsi kekurangan makanan dan perawatan kesehatan.

     PBB mengatakan bahwa minoritas Muslim Rohingya adalah minoritas yang paling rentan terhadap penganiayaan di dunia []i


Readmore.....

Sabtu, 20 Oktober 2012

Clinton: Demokratisasi Arab Merupakan Kebutuhan Strategis



     Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton menegaskan pada hari Jum’at bahwa dukungan AS untuk proses demokratisasi di negara-negara Arab bukan sekedar perkara idealisme, melainkan telah menjadi “kebutuhan strategis” bagi Washington.

     Setelah dua tahun dimulainya musim semi Arab dari Tunisia, sementara AS dalam beberapa dekade merupakan pendukung bagi rezim-rezim diktator di dunia Arab. Bahkan Clinton berjanji dalam konferensi pers di Washington terkait demokrasi di dunia Arab bahwa negaranya tidak akan lagi melakukan seperti “pilihan yang buruk antara kebebasan dan stabilitas” ini.

*** *** ***

     Pernyataan Clinton ini mencerminkan pandangan Amerika yang sesungguhnya terhadap kawasan Timur Tengah, dan kepentingan strategisnya bagi Amerika. Juga mencerminkan kesiapan Amerika untuk perubahan warna dan kemunafikan politik dalam segala bentuk yang memungkinkan demi menjaga dominasi kolonialnya di dunia Islam, khususnya di negara-negara Arab. Masalahnya bukan memilih antara kebebasan dan stabilitas seperti yang diklaim Clinton, namun antara bentuk dominasi politik yang dipaksakan atas kawasan Timur Tengah tersebut, baik melalui kediktatoran seperti yang telah dan sedang terjadi di beberapa negara, atau melalui demokratisasi dan pengklasifikasian sebagai negara sipil dengan landasan pluralisme.

     Bagi Amerika demokrasi adalah senjata utama yang dengannya mampu menyederhanakan bentuk lain dari kolonialisme Barat, setelah beberapa dasawarsa AS dan Barat mendukung rezim-rezim diktator yang berkuasa, terutama di negara-negara yang disebut Arab Spring (Kebangkitan dunia Arab atau Musim Semi Arab), di samping dukungan itu juga disertai dengan penjarahan dan perampokan kekayaan, serat penindasan, pembunuhan dan pengusiran rakyat.

     Dan saat ini, Amerika menemukan bahwa wajah kediktatoran pemerintah sudah di ambang ajalnya. Sementara umat Islam mulai menuntut kebebasan dari belenggu rezim yang berkuasa, menghancurkan hambatan rasa takut, serta mulai mencari kehormatan dan kemerdekaan. Oleh karena itu, Amerika melihat dahwa di dalam demokrasi terdapat senjata yang tepat untuk menyesatkan kelompok revolusi, dan menjadikan mereka tetap dalam lingkaran yang pro-Barat untuk mengubah bentuknya. Apa yang dilakukan Amerika, hanyalah membendung beberapa gerakan dan kelompok-kelompok politik (moderat), dan melibatkan mereka dalam proses politik di bawah kedok demokrasi, serta menempatkannya dalam pemerintahan dengan syarat melepaskan apa yang sebelumnya telah menjadi simbol aktivitasnya.

     Sesunguhnya yang lebih baik bagi gerakan-gerakan yang berpartisipasi dalam pemerintahan dan yang disebut moderat adalah mengumumkan bahwa mereka berlepas diri dari Amerika dan demokrasi, serta akan mencabut sendiri belenggu dan ikatan-ikatan Barat yang dipaksakan padanya sebagai harga politik karena mereka menerima sebagai pemain politik dan berpartisipasi dalam pemerintahan. Dengan kata lain, mereka harus kembali pada metode Tuhannya, sebelum umat melemparkannya, sebagaimana umat melemparkan rezim-rezim diktator sebelumnya.

     Sesungguhnya masa depan politik di kawasan Timur Tengah ini tidak akan menjadi komoditi bagi Amerika dan Barat. Namun, kandidat satu-satunya yang mampu mengontrol semua hal dan mengembalikannya pada posisi yang sejatinya adalah Islam yang agung, yang tercermin pada negara khilafah rasyidah [Abu Basil].

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 19/10/2012.

Readmore.....

Senin, 14 Februari 2011

Tragis, Jutaan Rakyat Miskin Mesir Tinggal di Kuburan


Jutaan rakyat Mesir yang hidup dalam kemiskinan adalah penghuni wilayah kumuh mengerikan yang tidak jauh dari Tahrir Square yang telah menjadi simbol revolusi rakyat Mesir.

Masyarakat miskin di daerah kumuh perkotaan ibukota Mesir hidup hampir mirip dengan cara yang sama seperti yang mereka lakukan di bawah Firaun, seorang koresponden Press TV melaporkan hari Minggu kemarin (13/2).

Ada lebih dari 50 kuburan di Kairo, baik kuburan Muslim maupun Kristen, dan semua kuburan itu dihuni oleh beberapa juta rakyat miskin yang merupakan strata orang miskin yang absolut dari struktur sosial Mesir, laporan tersebut menambahkan.

Lima kuburan utama di ibukota termasuk Pemakaman Utara, pemakaman Bab el Nasr , Pemakaman Selatan, Pemakaman Besar, dan pemakaman Bab el Wazir menjadi tempat tinggal warga miskin Mesir. Kelima pemakaman utama di ibukota tersebut dikenal sebagai "Kota Mati."

Menurut koresponden, warga miskin yang tinggal di kuburan sebagian besar hidup dari amal orang-orang yang mengunjungi kuburan keluarga mereka.

Mereka memberikan masyarakat miskin itu sedikit uang yang mereka telah sisihkan, dan juga memberi makanan seperti buah, beras dan tepung roti yang dikenal sebagai "kue belas kasihan."

Tingkat kemiskinan Mesir dilaporkan sekitar 30%, dengan 10% lainnya siap ditambahkan menjadi miskin juga, jika pemerintah mengakhiri program subsidi di bawah rezim sebelumnya, rezim Hosni Mubarak.

Perlu dicatat bahwa Mubarak dilaporkan telah menggunakan 18 hari aksi protes pro-demokrasi di Mesir untuk memindahkan aset keluarganya dari bank-bank Eropa ke negara-negara Teluk Persia.

Mubarak dituduh telah mengumpulkan sejumlah besar uang - antara 40 hingga 70 miliar dolar atau setara Rp 700 triliun - selama tiga dekade pemerintahannya.

Putranya Gamal Mubarak dan Alaa dikatakan merupakan para milyarder, dengan memiliki rumah mewah di London. Para ahli juga mengatakan istri Mubarak memiliki harta sebanyak lima milyar dolar. Memang Mubarak penguasa yang terkutuk. (fq/prtv)

http://www.eramuslim.com/berita/dunia/tragis-jutaan-rakyat-miskin-mesir-tinggal-di-kuburan.htm

Readmore.....

Perjuangan Soedirman Moentari, Mengajarkan Islam di Suriname


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kebanyakan orang Jawa Suriname tidak menguasai Bahasa Indonesia. Keturunan buruh Jawa yang diangkut Belanda ke Suriname sekitar 130 tahun lalu ini, terutama generasi tuanya, masih bisa berbahasa Jawa.

Perkenalkan: Soedirman Moentari merupakan pengecualian. Salah satu dari sedikit orang Jawa Suriname yang sangat pandai berbahasa Indonesia. Dan ia juga religius. Sebelum bertolak ke Belanda, generasi ketiga buruh kontrak Jawa ini sempat belajar Bahasa Indonesia di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Paramaribo.

Ketika masih tinggal di Suriname, Soedirman yang sekarang bermukim di Belanda, aktif di sebuah yayasan Islam di negara Amerika Latin itu. Pada tahun 1999 ia ke Belanda untuk naik haji, karena unruk berangkat langsung dari Suriname ke Arab Saudi banyak kesulitan.

Pulang dari Mekkah, Soedirman tidak langsung ke Suriname dan malah menetap di negeri kincir angin ini. "Rencananya dua tahun, tapi sampai sekarang saya masih di sini, " katanya sambil ketawa.

Berkat doa, tambah Soedirman, ia akhirnya bisa bekerja sebagai dosen biologi di sebuah sekolah menengah Islam di Rotterdam. Sekolah ini bernama Islamitische Schoolgemeenschap Ibn Chaldoun.

Untuk bisa mengajar bilogi di sekolah itu, insinyur peternakan jebolan Universitas Wageningen ini, harus melanjutkan studinya. "Pada 2002 saya akhirnya meraih ijazah Master of Sciense biologi di Universitas Leiden, " kata Soedirman.

Sejak di Suriname Soedirman Moentari aktif menulis mata pelajaran agama Islam dalam bahasa Belanda. Bahan-bahannya banyak ia ambil dari Indonesia. "Karena anak-anak kami di Suriname dan di Nederland (Belanda, red) nggak bisa lagi bahasa Jawa, " katanya.

Menariknya Ustaz Soedirman ini memberi khotbah di masjid Suriname dalam dua bahasa yaitu Belanda dan Jawa. Bahasa Jawa untuk generasi tua dan bahasa Belanda untuk generasi muda. Tapi meski pintar berbahasa Indonesia, Soedirman belum sempat ke Indonesia.

Red: Stevy Maradona
Sumber: RNW

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/11/02/13/163978-perjuangan-soedirman-moentari-mengajarkan-islam-di-suriname

Readmore.....