Laman

Jumat, 12 Oktober 2012

    UKM LDK LDM UMI mengadakan Diskusi Pelataran (DISPEL) dengan tema "Refleksi Sumpah Mahasiswa: Sampah Demokrasi Menghianati Amanat Rakyat" bertempat di pelataran Masjid Umar Bin Khattab UMI pada hari Jum'at,12 Oktober 2012. Menghadirkan 2 pembicara yang masing-masing mewakili UKM LDK LDM UMI oleh Rasid Andi dan SENAT FAI UMI oleh saudara Amri. Pelataran diskusi cukup dipedati oleh mahasiswa-mahasiswa yang concern terhadap masalah-masalah kekinian sebagai agent of change.
    Pembicara pertama dari UKM LDK LDM UMI memaparkan tentang materinya yang berkaitan dengan tema yang dimaksud. Menurutnya sumpah pemudah yang lebih dikenal adalah sumpah yang esensinya adalah sebuah perikraran terhadap ikatan yang satu yaitu berbangsa,berbahasa yang satu yaitu indonesia.Dengan kata lain adalah nasionalisme. Muncul karena perlawanan terhadap penjajahan fisik kala itu.Tetapi faktanya sumpah itu tidaklah lagi nampak dipermukaan. Jadi menurutnya, yang mesti mengikat seluruh umat islam diseluruh dunia adalah ikat AQIDAH. Tanpa sekat-sekat yang membatasi oleh teritorial. Dan itulah kemudian yang mendorong lahirnya Sumpah Mahasiwa,sebuah ikrar suci yang diproklamerkan pada tahun 18 Oktober 2012 yang berbunyi:
    Setelah kami melihat,mencermati, dan menganalisa fakta kerusakan yang ada serta merumuskan kondisi ideal, maka demi Allah Zat yang jiwa kami berada dalam genggaman-Nya kami mahasiswa Indonesia bersumpah:
1. Dengan sepenuh jiwa kami yakin bahwa sistem sekuler baik berbentuk kapitalis
demokrasi, maupun sosialis komunis adalah sumber penderitaan rakyat yang sangat
membahayakan eksistensi Indonesia dan negeri-negeri muslim lainnya
2. Dengan sepenuh jiwa kami yakin bahwa kedaulatan sepenuhnya harus dikembalikan
kepada Allah Sang pencipta alam semesta, manusia,dan kehidupan untuk menentukan
masa depan Indonesia dan negeri muslim lainnya
3. Dengan sepenuh jiwa kami akan terus berjuang tanpa lelah untuk tegaknya syariah
islam dalam naungan Negara Khilafah Islamiyah sebagai solusi tuntas problematika
masyarakat Indonesia dan negeri-negeri muslim lainnya
4. Dengan sepenuh jiwa kami menyatakan kepada semua pihak bahwa perjuangan yang kami
lakukan adalah dengan seruan dan tantangan intelektual tanpa kekerasan
5. Dengan sepenuh jiwa kami menyatakan bahwa perjuangan yang kami lakukan bukanlah
sebatas tuntutan sejarah tetapi adalah konsekuensi iman yang mendalam kepada Allah
swt.
    Pemateri pertama juga mengungkapkan sejarah demokrasi itu sendiri yang merupakan sumber kerusakan, dan layak di simpan dalam sampah peradaban.Bagaimana secara historis demokrasi itu lahir di negeri nan jauh disana, negeri para dewa yaitu athena. 5 sampai 4 masehi SM, dimana muncul opini untuk membentuk Negara Kota, untuk menampung seluruh aspirasi rakyat ketika itu. Sehingga secara istilah kata Demokrasi itu berasal dari athena yang terdiri dari 2 kata yaitu demos (rakyat) dan cratos (pemerintahan). sementara mantan presiden AS Abraham Lincoln menyatakan demokrasi sebagai pemerintahan dari rakyat,oleh rakyat,dan untuk rakyat. Secara singkat pemateri pertama menyatakan disitulah buruknya demokrasi. Dimana menempatkan kedaulatan tertinggi di tangan rakyat, yaitu kekuasaan yang paling tinggi yang tidak ada lagi kekuasaan diatasnya. Sampai menentukan masalah halal haram oleh rakyat itu sendiri. Jadi tidak heran dalam demokrasi tempat-tempat maksiat seperti perzinahan,diskotik itu ada. Sebab rakyat menyetujuinya.Secara empiris dilihat bagaimana demokrasi itu sudah berumur, dibanding islam yang lahir jauh setelah cetusan demokrasi itu muncul. Sehingga secara umur Islam lebih segar ketimbang demokrasi itu yang sudah bau tanah. Sehingga pantaslah disebut sebagai sampah yang tak layak lagi, pungkasnya. ditambhkan lagi, demokrasi itu secara faktual kerusakan yang ada dimana-mana adalah hasil dari demokrasi itu sendiri. Jadi sudah sepantasnya demokrasi itu tergantikan oleh islam itu sendiri yang telah terbukti pernah terterapkan selamah kurang labih 13 abad lamanya. Pembicara pertama menutup pemaparannya dengan seruan "Marilah kita kembali kepada islam yang melingkupi seluru aspek kehidupan"
    Berikutnya dilanjutkan oleh pemteri kedua, perwakilan dari Senat FAI UMI. Dibuka dengan pernyataan "Jika demokrasi adalah sampah,maka marilah kita daur ulang sampah itu menjadi yang lebih berguna". "demokrasi seperti apa yang harus ditolak???" lanjutnya.Kalau melihat sejarah,lahirnya demokrasi itu sendiri di athena. Maka kalau demokrasi yang dimaksud seperti itu memang harus ditolak. sebab demokrasi pada saat itu yang diberlakukan adalah sistem budak, kapitalis adalah penghisap, dan para budak adalah tertindas. Sebagaimana pada hari ini berlaku, Demokrasi sejatinya hanya dimiliki oleh pemilik modal (capital). Lihat saja, siapa yang bisa ikut pemilihan, yaitu orang-orang yang memiliki modal.Seharusnya demokrasi yang bisa menyejahterakan adalah demokrasi kerakyatan. Kita bisa bercontoh pada venezuela dan bolivia yang menerapkan demokrasi kerakyatan. Sesi pertama usai.
   Dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. ada beberapa pertanyaan: 1. Apakah yang harus diperbaiki orangnya ataukah sistemnya?. 2. Islam adalah sebuah nilai. Ketika islam dijadikan hukum dalam negara,pemahaman siapa yang akan dipakai sedangkan pemahaman kita berbedah-bedah.3. mampukah islam menegakkan demokrasi kerakyatan?.
    Pemateri pertama menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang masuk. Untuk yang pertama, menyatakan antara sistem dan orang harus kedua berubah. sebagaimana analogi Seorang yang hebat mengendarai sepeda, namun mengendai sepeda yang sudah sangat usang, ban tidak mampu lagi bergeliding, maka sehebat apapun pengendaranya maka jalannya akan tetap jelek.Begitu juga jika sistemnya baik dan pengendaranya jelek, maka akan jelek pula. Jadi yang harus dirubah adalah keduanya, bagaimana Rasul dalam menegakkan Negara Madina ketika itu disebut (yang sesungguhnya adalah KHILAFAH) memantapkan keluarga,para sahabat dari sisi akidah kemudian meneybar ke seluruh masyarakat mekkah dan hingga akhirnya di madinah. Sementara untuk pertanyaan yang kedua jawabnya adalah islam adalah bukanlah sistem nilai, namun memiliki mekanisme yang jelas di dalamnya. Bagaimana dinyatakan bagi mencuri maka potonglah tangannya, rajamnya bagi yang berzina, dan qisas lah bagi yang membunuh. Dari situ jelas, islam bukanlah sistem nilai. Memiliki mekanisme jelas, untuk mengatur kehidupan, sebagaimana diturunkan untuk mengatur manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia yang lain, dan manusia dengan Rabb-nya. Dilanjutkan dengan pertanyaan yang ketiga, bahwa sampai kapan pun islam tidak akan pernah sama dengan demokrasi. Jadi bagaimana mungkin mau menegakkan demokrasi kerakyatan. Pemaeri pertama memberikan analogi, hijaunya daun pisang jangan sampai kita sama dengan hijaunya daun kelapa. Keduanya sampai kapan pun berbedah. Pohon pisang dengan pohon kelapa memiliki akar yang sangat berbedah. Begitu pula dengan islam dan demokrasi itu sendiri. Dalam demokrasi kedaulatan di tangan rakyat, dgn kata lain sekularisme menjadi asasnya, sementara untuk islam kedaulatan ada ditangan Syara' (Allah swt). Melanjutkan dengan tantangan, demokrasi mana di dunia ini yang tidak menerapkan kedaulatan di tangan rakyat??? Tidak ada.
    Sementara untuk pemateri kedua dari Senat FAI UMI tanggapannya untu semua pertanyaan. Yang pertama, siapa yang harus diruubah, mengatakan harus melihat syara-syarat yang perlu disipakan terlebih dahulu yaitu mendorong rakyat untuk berpartisipasi dan kekuasaan rakyat bisa merubah kepemimpinan. Dilanjutkan dengan tanggapan terhadap pertanyaan yang kedua bahwa islam adalah nilai. Menyatakan di dalam demokrasi ada nilai-nilai islam.

1 komentar:

  1. mantap....hal seperti ini yang seharusnya dilakukan para mahasiswa bukan malah tawuran...


    Lanjutkan....

    Sukses Buat UKM LDK-LDM UMI

    Nb : sebelum di posting EDIT dulu dong jangan buru-buru. biar tidak ada yang salah.

    BalasHapus