Laman

Jumat, 26 Oktober 2012

Lagi, Idul Adha Tanpa Khilafah


      Awal kata kami Keluarga Besar UKM LDK LDM UMI mengucapkan kepada segenap kaum muslimin di seluruh pelosok dunia Selamat Hari Raya Idul Adha 1433 H. Haru terdengar tak ada satupun tempat di dunia ini kecuali seluruh kaum muslim mengumandangkan ucapan yang sama yaitu takbir,tahlil,dan tahmid. Pertanda ucapan Syukur kepada-Nya.

      Namun masih ada yang terhinggap dalam rasa ini tentang keadaan kaum muslimin hari ini. Kontras terlihat di hari dimana seluruh kaum muslimin mengumandangkan kata yang sama, namun masih saja terperangkap dalam pemahaman-pemahaman rendah seperti nasionalisme. Karenanya kaum muslimin tetap berada dalam garis-garis Negara yang membatasainya. Sehingga urusan kaum muslimin di suatu Negara masih saja tidak terpikirkan bagi kaum muslimin yang ada di Negara lain. Lihat saja fakta yang ada. Di kalah kaum muslimin di negeri Myanmar muslim rohingiyah terbantai oleh etnis budha di sana. Namun apa yang dilakukan oleh negeri-negeri muslim besar yang ada di sekitarnya. Bangladesh yang notabenennya adalah Negara yang dekat dengannya malah mendeportase kaum muslimin rohingiyah yang mencari perlindungan. Hanya karena batas Negara yang berbedah, membuat lupa akan urusan saudara se aqidahnya sendiri. Tidak ketinggalan dengan Malaysia, negeri jiran katanya. Justru bertindak sama sebagaimna Bangladesh yang takut memberikan perlindungan kepada kaum muslimin rohingiyah. Hanya karena alasan territorial, berdalih hal tersebut berkaitan dengan urusan dalam negeri Myanmar. Rendah sekali pola pemikiran demikian. Itulah nasionalisme. Paham sesat lagi menghinakan dunia dan akhirat. Hal tersebut tidak terkecuali dirasakan pula oleh Negeri yag dikenal dengan jamrud khatulistiwa, Indonesia. Justru diam tanpa tindakan.

      Bukan saja Myanmar yang mengalami seperti demikian. Namun negeri-negeri muslim lainnya, sendiri dalam perjuangan. Di tengah kerumunan musuh siap siaga dengan senjata mereka memborbardir negeri-negeri muslim tersebut. Sementara negeri-negeri muslim lainnya, pembebek atau pecundang duduk diam menyimak dengan saksama perilaku bejat para tuannya. Lihat saja ketika Gazea kalah itu digempur habis-habisan, jelas di depan mata si Israel itu yang melakukannya. Namun dunia internasional bungkam, hanya karena ocehan munafik sang presiden imperialis amerika mengatakan apa yang dilakukan oleh Israel adalah untuk membelah diri. Adalah sebuah kemunafikan yang diaminkan oleh para pembebek dan pengecut negeri-negeri muslim seperti Iran yang katanya memiliki nuklir, Malaysia,brunei, dan Indonesia.

      Itu adalah masa lalu. Namun sekarang pun dan hingga detik ini pun pembatantaian muslim itu terjadi. Negeri anbiyah, Syam kalah itu dikenal. Yang hari ini adalah suriah. Dalam pergolakan melawan si tiran, firaun abad 21 Basar al assad. Presiden haus darah, membunuhi rakyatnya sendiri menggunakan senjata-senjata besar bak melawan musuh yang siap menghancurkan negerinya. Rakyat yang sudah muak dengan kepemimpinan bengisnya tak takut lagi meskipun nyawa harus terenggang melalui senjata-senjata tentara si fir’aun tersebut. Sama terlihat, dunia internasional hanya sebatas mengecam. Negeri-negeri muslim hanya sebatas memantau perkembangan, tanpa merasa itu semua adalah bagian dari urusan mereka.

      Sejatinya hal ini akan terus terjadi. Hari demi hari,minggu demi minggu, tahun demi tahun, dan bahkan sudah hampir tak terhitung lagi sudah berapa kali idul adha itu terlewati. Namun tetap saja kondisi kaum muslimin secara umum adalah tetap sama. Idul adha berlewat begitu saja, tanpa pengaruh yang membekas untuk perubahan yang lebih baik.

      Itu semua kenapa bisa terjadi. Tidak lain dan tidak bukan, karena tidak adanya perisai yang membentengi Ummat. Apakah perisai itu?. Adalah KHILAFAH. Dimana rakyat berlindung di belakangnya dan berperang bersamanya. Itulah yang sejatinya harus dimiliki oleh kaum muslimin seluruh dunia hari ini. Sehingga jumlah besar 1.5 M lebih kaum muslimin itu benar-benar menjadi angka yang menakutkan bagi musuh-musuh islam. Karena dengan adanya Khilafah maka jumlah besar itu akan tersatukan dalam satu kepemimpinan. Tak ada yang namanya garis Negara, sekat-sekat yang membatasi. Semuanya satu dalam KHILAFAH. Hal ini bukan sebuah utopia yang lahir dari mimpi-mimpi tanpa dasar. Namun sebuah kelanjutan dari episode yang terputus. Siapa yang tak kenal peradaban emas, yang kalah itu adalah islam yang mendominasi. Ilmu pengetahuan terutama. Dan itu semua terjadi dalam naungan islam. Yang akhirnya akibat rasa dengki yang teramat sangat membuat dunia barat merumuskan segalah cara untuk menghancurkannya. Dan akhirnya cara mereka yang sejak lama tersusun, berhasil juga dengan bantuan si pengkhianat laknatullah Mustafa Kemal at turk dan lainnya. Pada 3 maret 1924. Runtuhlah institusi yang menaungi seluruh kaum muslimin duniah. Semenjak itu hingga detik ini kaum muslimin tidaklah lagi hidup dalam naungan khilafah islamiyah. Namun, harapan itu masih ada. Melalui al-qur’an An-Nur:55 Allah Sang Pencipta Alam Semesta, manusia dan kehidupan telah menjanjikan kemenangan dan bisyarah Rasulullah saw riwayat Ahmad yang menyatakan kekhilafahan itu akan kembali sebagaimana awalnya (bermanhajkan kenabian). Jadi, apalagi yang meragukan untuk mengharapkan Khilafah sebagai penyelasaian problematika ummat saat ini. Yang dibutuhkan sekarang adalah peran kita sekalian bersatu padu dalam satu keyakinan bahwa tiada lain solusi kecuali islam. Semua bersatu tidak kecuali ulama,intelektual,pengusaha,birokrat,dan militer serta seluruh komponen ummat untuk menumbangkan penguasaan tirani yang ada. Semoga Allah swt berkenan menjadikan Idul Adha tahun ini adalah yang terakhir dan Insya Allah tahun depan tidaklah lagi seperti hari ini. Aamiin…. Wallahu ‘alam bishawab…[Perindu Islam Kaffah]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar