Laman

Jumat, 25 Februari 2011

KEMANA ARAH LANGKAHMU WAHAI PEMUDA?


KEMANA ARAH LANGKAHMU WAHAI PEMUDA?
     Hari peringatan Sumpah Pemuda mungkin masih berbulan-bulan lagi tapi itu bukan alasan untuk tidak membahas sesuatu tentang pemuda, para kaum muda atau generasi muda. Banyak yang mengatakan masa muda adalah masa yang indah, masa yang datangnya hanya sekali dalam hidup. Masa muda adalah masa dimana hormon-hormon di dalam tubuh berada dalam proses produksi yang maksimal, fungsi organ-organ tubuh pun mencapai klimaks kesempurnaannya. Maka tak heranlah jika kita menyaksikan manusia yang bergelar sebagai “pemuda” adalah manusia yang lekat dengan sikap aktraktif, penuh semangat, dan sarat akan ide-ide brilian yang potensinya bisa dibawa ke arah positif maupun negatif. Tak dapat dipungkiri bahwa hampir setiap peristiwa besar atau momen-momen penting yang terjadi terdapat peran dari pemuda. Tepatnya, pemuda yang dimaksud disini adalah pemuda yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. Seperti kisah shahabat Rasulullah:

 ALI BIN ABI THALIB, as sabiqunal awwalun pionir kaum muslimin di saat kritis baru berusia 10 tahun. Seorang yang menggantikan Rasulullah tidur di kasurnya pada saat kaum kafir menghadang dan siap membunuh Rasulullah tetapi yang mereka temukan ternyata Ali.

 ZAID BIN TSABIT, mendaftar jihad fii sabilillah sejak usia 13 tahun, pemuda jenius mahir baca-tulis (arab, ibrani, suryani, dll) yang Rasulullah bersabda (perintah): “Wahai Zaid, tulislah”. Mendapat tugas maha berat, menghimpun wahyu, di usia 21 tahun. Namanya-pun tercetak indah dalam Al Qur’an secara harfiah.

 AZ ZUBEIR BIN AWWAM, teman diskusi Rasulullah, anggota pasukan berkuda, tentara yang pemberani, juga pemimpin dakwah Islam di zamannya. Umurnya waktu itu adalah 15 tahun.

 THALHAH BIN UBAIDILLAH, pembesar utama barisan Islam di Mekkah, singa podium yang handal, tentara berkuda yang mahir, donator utama fii sabilillah, yang mendapat julukan dari Rasulullah: Thalhatul khoir (pohon kebaikan). Usianya waktu itu adalah 16 tahun.

 SA’AD BIN ABI WAQASH, sahabat utama yang pertama kali mengalirkan darahnya untuk Islam, pelindung Nabi ketika perang terutama saat perang Uhud yang mencekam. Umurnya baru menginjak 16 tahun.

 IMAM SYAFI’I, pada usia 7 tahun sudah menghafal Al Quran, dan pada usia 12 tahun sudah menghafal kitab Al Muwaththa’ karangan Imam Malik.

 MUHAMMAD AL FATIH, pada usia 21 tahun telah menguasai 6 bahasa. Dia adalah seorang sosok pemimpin terbaik yang telah berhasil menaklukan Konstatinopel, penaklukan yang telah ditunggu umat Islam selama 800 tahun sejak Rasul memberikan kabar gembira bahwa kota tersebut lebih dahulu ditaklukan daripada Kota Roma.

 THARIQ BIN ZIYAD, sang penakluk Spanyol (Andalusia), negeri di daratan Eropa yang pertama kali masuk dalam pelukan Islam pada zaman Pemerintahan Kekhalifahan Bani Umaiyah.

     Namun, sayangnya apabila kita melihat fakta kehidupan pemuda saat ini maka akan tergambar dengan jelas betapa jauhnya para pemuda Islam zaman ini dengan para pemuda Islam terdahulu. Yang terjadi saat ini para pemuda yang sejatinya merupakan ujung tombak revolusi justru berada di ujung tanduk. Pemuda yang mempunyai posisi sangat penting dalam proses regenerasi suatu bangsa dimana di tangan pemudalah masa depan suatu bangsa akan ditentukan tapi saat ini berada dalam masa koma bahkan kritis antara hidup dan mati. Mereka menjadi generasi yang tenggelam dalam kehidupan dunia, hedonis telah menjadi bagian vital dalam hidup mereka, perhatian mereka hanya terfokus pada dunia kecilnya sendiri tanpa pernah keluar dari tempurungnya untuk menyaksikan bagaimana dunia saat ini sedang membutuhkan bantuan mereka. Para pemuda itu lupa bahwa saudara-saudaranya sesama muslim yang ada di belahan dunia lain sudah lama memanggil-manggil dan menunggu pasukan pembebasan mereka.

     Lantas apa yang menyebabkan para pemuda seperti ini sekarang?! Jawabannya akan sangat kompleks karena masalah yang menimpa umat saat ini khususnya para pemuda memang sesuatu yang telah dipermak dan terstruktur sedemikian rupa. Mereka diserang dari berbagai arah oleh musuh-musuh mereka yang tak lain adalah kaum kafir Barat. Para pemuda dibombardir dengan ide-ide dan pemikiran busuk ideology kapitalis-sekuler Barat yang menghancurkan kecemerlangan ide-ide dan pemikiran ideology Islam. Belum lagi didukung dengan media-media yang pro Barat yang menayangkan tayangan, adegan, berita, iklan, hingga penyusupan nilai-nilai yang berorientasi dunia, materi, dan syahwat. Jika di zaman para shahabat dulu, umur belasan tahun mereka sudah ada yang menghafal Al-qur’an & hadist, bisa memimpin pasukan kaum muslim dalam medan peperangan, bahkan menjadi penakluk imperium besar pemerintahan thogut Konstantinopel yang menjadi bukti akan kebenaran janji Allah dan Rasul-Nya. Akan tetapi, pemuda sekarang dalam umur seperti itu ada yang sibuk bermain layangan atau kelereng, menghabiskan waktu di depan TV dan meniru aksi-aksi para robot agen kapitalis liberal yang sarat nafsu bejat, di sekolah atau di kampus mereka sibuk pacaran atau bergosip akan hal-hal yang tidak penting, dan belum lagi ketika ditanya tentang cita-cita maka dengan mulus keluarlah kata-kata yaitu menjadi orang yang berguna bagi negeri ini seperti yang selama ini dinasehatkan orangtua, guru, pejabat, politisi, ulama, dan selebriti kami di televisi. Beginilah realita pemuda sekarang. Begitupun halnya, jika dulu suasana malam menghadirkan kedamaian sejati merasuk kedalam relung-relung kalbu karena diisi dengan amalan-amalan taqarrub ilallah, begitu tenang dan begitulah yang dirasakan. Tetapi kini semuanya berubah. Saat ini malam-malam dipenuhi hingar-bingar pemuda pemudi yang mabuk bermaksiat. Akibatnya banyak kerusakan-kerusakan yang dilakukan pemuda-pemuda sekarang, mulai dari kasus pornografi, perzinaan, seks bebas, narkoba, tawuran, dll.

     Jika sudah seperti ini, layak rasanya untuk bertanya: “Kemana arah langkahmu wahai pemuda? Apakah kau akan mengikuti langkah musuh-musuhmu yang menjadikan thogut (setan) sebagai pemimpin mereka? Yang bahkan mereka masuk dalam lubang buaya, kamu tetap mengikutinya?” Padahal itu bukan jalan final (satu-satunya). Masih ada satu jalan yang telah terbukti akan keindahan dan kemuliaannya, shirotal mustaqim (jalan yang lurus). Karenanya, saatnya untuk membuang orientasi hidup yang berlandaskan materi, gelar, pangkat, dan jabatan yang semuanya akan sirna pada waktunya, waktu ketika napas tak lagi berhembus. Saatnya kembali kepada Islam dengan memahami hakikat hidup: darimana kita berasal, untuk apa kita hidup, dan akan kembali kemana kita nanti. Dengan itu, maka akan terbentuklah kembali generasi pemuda muslim yang hanya berorientasi hidup untuk meraih ridho Allah dengan tekad menegakkan hukum-Nya di muka bumi. Generasi yang akan menumbangkan imperium kapitalis dan menggantinya dengan imperium raksasa super power Khilafah Islamiyah edisi kedua sebagai bukti janji Allah dan Rasulullah saw. (3SB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar